Akhirnya sepi yang mengambil alih, kamu
menjadi sesuatu yang sungguh-sungguh tidak
ada. Sedang aku, disesatkan labirin duka.
Seruntun duka, seperti dalam kisah-kisah purba,
terpelecat dari kegelisahan merindumu, kini raung
sepi yang tindih-menindih, yang silih-berganti.
Sepi, ialah tangan-tangan waktu, yang seketika
melumpuhkan doa. Hujan turun, kamu menjadi
sesuatu yang nyata, di dada malam.
Tetapi, simpanlah sangsimu itu. Biar kabut
dan air mata memastikan mana yang lebih
dulu lesap dan mengendap di hati, kita.
menjadi sesuatu yang sungguh-sungguh tidak
ada. Sedang aku, disesatkan labirin duka.
Seruntun duka, seperti dalam kisah-kisah purba,
terpelecat dari kegelisahan merindumu, kini raung
sepi yang tindih-menindih, yang silih-berganti.
Sepi, ialah tangan-tangan waktu, yang seketika
melumpuhkan doa. Hujan turun, kamu menjadi
sesuatu yang nyata, di dada malam.
Tetapi, simpanlah sangsimu itu. Biar kabut
dan air mata memastikan mana yang lebih
dulu lesap dan mengendap di hati, kita.
Sblum dan Sesudah
Semua yang berlalu entah
Kemana akan berhenti jua
Mengalir di sudut keheningan
Tertatap paku di kala
Semua diam membisu karna
Ulah yang tak mereka
Tahui secara pastinya
Perih karnamu
Kini melekat erat selalu
Selama hingga waktu
Berhentu memutar
Posting Komentar