Cerita Cintaku
“Hal yang terindah yang pernah ada dalam hidupku yaitu saat duduk dengan mu di café tempat pertemuan kita pertama kali, melihat senyummu hatiku terasa damai dan seakan menolak untuk pergi dari dunia ini, pintaku hanya ingin bersamamu, melewati hari tanpa memikirkan yang lain”.
Berawal dari perkenalan yang tak mengenakkan, namun hal yang tak mengenakkan itu bisa sekejap berubah menjadi sebuah awal dimana aku bisa merasakan jatuh cinta. “Emang loh siapa berani ngatur-ngatur hidup gw!!” Kata-kata itu terlintas di benak qu ketika sedang duduk-duduk di taman kampus qu. “Mell nie ada undangan rapat buat ntar sore, awas loh jangan sampe gak datang, soalnya rapat kali ini nge-bahas tentang agenda tahunan BEM”
Yah, aku adalah salah satu pengurus BEM di kampus ini, Mentri HuMas adalah jabatan yang aku jabat di salah satu Organisasi kampus ini yaitu di BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa). Semenjak terpilih sebagai mentri selain sibuk kulia, aku juga di sibukan dengan tanggung jawab sebagai pengurus di organisasi yang aku ikuti. Banyak Program yang sudah kami planning-kan, salah satunya yaitu ”Bahaya & Akibat HIV/AIDS” Sebagai ketua panitia aku wajib menghadiri rapat itu.
Sebagai serorang ketua sudah seharusnya datang lebih awal, agar bisa menjadi contoh yang baik bagi para junior dan anggota rapat, tapi karena ada kelas tambahan jadi rapat di mulai tanpa aku. “Sore, maaf aku terlambat” kataqu menyapah peserta rapat. “Udah dari tadi yea??” bisikan qu pada Tata teman sekaligus adalah ketua BEM kampus. “Baru koq, soalnya anak-anak yang lain juga ada kelas tambahan, nie baru mau masuk sesi perkenalan KSB & anggota panitia pelaksana.
Hari berganti hari pelaksanaan sudah semakin dekat, persiapan juga semakin matang. “Mell, gimana pembicaranya?sudah kamu hubungi belum??” Tanya Tyas kepadaku. “kemarin aku sudah ke VCT yang deket rumah qu, aku di suru ketemu langsung sama Fian, dia yang akan menjadi pembicaranya” tawab ku. “trus kamu kapan ketemu sama dia?? Hari H-nya sudah hampir tibah” kata Tyas. “yea udah aku telpon dy sekarang” aku mengambil HP di tas dan segerah menelpon Fian. Kita janjian ketemu di sebuah café di dekat kampus qu. “Astaga!!! Sontak kaget melihat sosok wajah itu dan dalam hati qu berkata “dia kan cowok yang selama ini aku cari-cari, koq bisa ada di sini juga???” Fian menghampiriku dan bertanya “kamu Mellinda yea???? Dengan nada gugup aku menjawab “Ia” “aku Fian, kita bicara di sana”. Fian memulai pembicaraan singkat kami. Setelah mendapat kata Deal dari fian, aku pun langsung beranjak pergi, karena masih ada urusan lain yang harus aku selesaikan. Dalam perjalanan mengoceh sendiri “huuuuuu kalou bukan coz aku ada urusan lain yang sangan terdesak, mungkin aku bisa bercerita panjang lebar lagi sama dia, tapi haaaa senangnya aku bisa ketemu lagi sama cowok yang selama ini aku cari-cari dan dy akan menjadi pembicara dalam acara itu, haaaaa senangnya hati qu. Tit……tiit……tiiitt…..
Hari H pun tiba, semua Mahasiswa/I di kumpulkan di Aula kampus. Dan aku pun mulai mempersiapkan diri, karena harus memberikan kata-kata sambutan sebagai ketua pelaksana. Saat aku berdiri menyampaikan kata-kata sambutan di atas panggung, mataku langsung tertuju di pintu masuk Aula, Nampaklah sesosok pria pujaan ku. Aku terdiam di tengah pembicaraan ku, Ku ikuti dia sampai ia duduk. “Mell……mell…..mell……” Sontak aku terkaget dengan suara dari bawa panggung, aku tersadar dan menjadi malu karena dan langsung menutup kata-kata sambutan yang pagi itu aku sampaikan dihadapan para dosen dan teman-teman Mahasiswa/I.”Sekali lagi saya ucapkan selamat datang dan selamat mengikuti acara selanjutnya, terima kasih dan selamat pagi” . Aku menjadi malu dan langsung buru-buru turun dari atas panggung. (berlari kea rah toilet) Adu malu banget nie aku, gara-gara liatin Fian mulut ku kayak di bekap. Haaaaaaa………………….. apa-apain she aku ini??? Setelah berkaca di cermin toilet, aku pun kembali ke aula.
“Sekarang kita akan sama-sama tau apa itu HIV dan apa itu AIDS, kita sambut Pembicara kita pada pagi hari ini, bapak Fian saya undang untuk mengambil posisi di atas panggung. Kepada bapak waktu dan tempat kami persillahkan” Aku pun dengan seksama mendengarkan Fian berbicara di atas panggung. Panjang-lebar pembicaraan Fian di atas panggung dan dia pun menutup penjelasannya dengan “baiklah saya berikan kesempata bagi anda-andah yang ingin bertanya seputar topic kita pagi hari ini”. Terjadi interaksi yang sangat baik antara Fian dan teman-teman mahasiswa. Jam dinding pun terus berputar, tak terasa waktu sudah siang. Fian pun menutup pembicaraannya. Dan Fenny (MC) mengambil alih acara dan masuk ke acara berikutnya. Mataku tak bernah jauh memandang Fian. Dan mendekatinya dan berkata “thank’s yea untuk waktunya” Fian tersenyum dan berkata sambil tersenyum“sama-sama”. Di situ kami pun mulai akrab, aku sering di ajak jalan-jalan sama dia. Hingga suatu ketika dia meminta ku untuk jadi pacarnya . Kami pun menjalani hubungan ini dengan serius. Orang tua kami sudah seperti keluarga besar. Fian berjanji bahwa dy akan melamar ku setelah ku wisuda tahun depan.
“Mell, aku mau kamu tau kalau aku betul-betul saying sama kamu, kamu jangan kecewain aku yea, aku mau kamu janji satu hal sama aku, aku kan sudah buat aku bahagia kan, aku juga ingin kamu buat aku bahagia agar kamu bahagia, dan ingat Tak ada yang abadi di dunia ini dan aku sangat senang bisa mengenal kamu”. Aku pun berjanji membuat Fian bahagia dan mau melakukan apa saja asalkan dia bisa bahagia. Suatu hari, saat aku pulang kampus aku mendapatkan berita dari orang tua Fian bahwa fian masuk rumah sakit. Aku langsung bergegas menujuh rumah sakit di man fian di rawat. Aku melihat tubuh yang kaku dan tak bergerak sama sekali. “Sebenarnya Fian punya penyakit yang selama ini dia sembunyikan selama ini sama semua orang, termasuk sama tante.”
Aku pun terdiam, tetes demi tetes airmata qu jatuh membasahi pipiku. Apa yang harus ku lakukan pun aku tak tau, yang aku tau hanyalah kalau aku sangat menyayangi dia. Supucuk surat di keluarkan tante dari tasnya “tante menemukan ini di kamarnya Fian” tante memberikan suratnya kepadaku.
“Hal yang terindah yang pernah ada dalam hidupku yaitu saat duduk dengan mu di café tempat pertemuan kita pertama kali, melihat senyummu hatiku terasa damai dan seakan menolak untuk pergi dari dunia ini, pintaku hanya ingin bersamamu, melewati hari tanpa memikirkan yang lain”.
Sepenggal kalimat ini membuatku merasa sangat sedih, dan lagi-lagi aku tak dapat menahan airmataku. Hari-hari bersamanya terlalu singkat ku rasakan, aku ingin terus bersamanya, tapi Tuhan berkata lain. Tuhan lebih menyayanginya. Sekarang Fian pergi meninggalkan ku untuk selamanya. Kata-katanya selalu terbayang-bayang di benakku “Tak ada yang abadi di dunia ini dan aku sangat senang bisa mengenal kamu”. Aku baru sadar kenapa dia bisa berkata seperti itu kepadaku, itu karena dia tahu bahwa hidupnya sudah tak lama lagi. Dan mulai sekarang aku harus menyudahi kesedihanku, cz aku sudah berjanji padanya bahwa aku akan membahagiakan dia dengan mengiklaskan kepergiannya untuk selamanya dan kini ku siap untuk menjalani hidupku lagi.